Sekolah Damai Indonesia,
Sabtu 24 Oktober 2020
ARV dan Pandemi
Pandemi Covid-19 berdampak pada
pengobatan orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Virus corona menyulitkan ribuan pasien
HIV/AIDS untuk mendapatkan obat antiretroviral (ARV).
Obat antiretroviral harus diminum setiap
hari untuk menekan laju virus dalam tubuh dan menjaga daya tahan tubuh orang
yang terinfeksi HIV/AIDS. Menurut Kang Adit selaku narasumber dalam diskusi
mengenai ARV dan Pandemi menyatakan
bahwa Jawa barat merupakan wilayah nomor 3 kasus HIV+ terbanyak di Indonesia dan
Kota Bandung merupakan peringkat nomor 1 kasus terbanyak HIV di Jawa Barat.
Mengkonsumsi dan terapi ARV secara
teratur dan tepat waktu harus dilaksanakan oleh ODHA hal tersebut akan
berfungsi untuk menekan replikasi virus HIV dalam darah sampai level tidak
terdeteksi, target ODHIV dalam terapi ARV adalah mencapai level tidak
terdeteksi, ada istilah U=U: Undetectable = Untransmittable, maksud dari tidak
terdeteksi yakni virus yang ada dalam tubuh tidak bisa berkembang biak dan
tidak menularkan secara seksual, sehingga ODHA dengan terapi ARV bisa memiliki
keturunan. Selama menjalani terapi tersebut ODHA mempunyai harapan hidup yang
sama dengan orang tanpa HIV dan dapat menekan menularan HIV+ kepada orang lain.
Ketersediaan ARV selama pandemi Covid-19
sempat mengalami kekosongan dan kesulitan bagi ODHA untuk mendapatkan akses mengkonsumsi
ARV, yang menjadi penyebab terhambatnya ARV di Indonesia karena kebanyakan ARV
merupakan impor dari India yang saat itu sempat lockdown. Bahkan ada beberapa
layanan yang memberikan ARV tidak full satu bulan, jadi di ecer ada yang per 14
hari, 7 hari, dan sempet ada layanan yang hanya bisa memberikan per 3 hari ARV
jenis tertentu.
“Sejauh
ini Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung telah tersedia untuk dua ribu pasien
aktif. Kondisi selama pandemi, kami memang agak kekurangan stok untuk jumlah
ODHIV, apa lagi pada saat PSBB di kota Bandung banyak pasien yang kesulitan
mengakses ARV di RSHS, selama PSBB kami mencoba mengirimkan ARV melalui kurir
karena keterbatasan akses ke Kota Bandung, selama pandemi ini di Kota Bandung
mendapat bantuan dari Elton John Foundation (EJAF) yang memberikan subsidi
pengambilan ARV bagi ODHIV yang terdampak COVID-19, yang masih berjalan program
bantuan subsidi EJAF - untuk Akses ARV di 3 Rumah sakit yakni RSHS, BUNGSU, dan
RSUD Kota Bandung. Ada pula bantuan PAP smear di Klinik Mawar. Untuk daerah
lain bantuan dari Global Fund untuk pemeriksaan Viral Load gratis untuk ODHIV
baru minum ARV 6 Bulan, 12 bulan, dan pasien lama 1 tahun terakhir”. Pungkas
Kang Adit dalam diskusi kami.
Biografi
Narasumber
Dian
Aditya atau sering disapa Kang Adit, adalah seorang Pendukung Sebaya dari LSM Female Plus (sejak Januari
2020) wilayah kerja Klinik Teratai RSUP Dr Hasan Sadikin Bandung. Sekilas
Tentang Pendukung Sebaya adalah seseorang yang dapat memberikan infomasi secara
benar, sederhana dan jelas serta dapat memberikan dukungan psikososial
berdasarkan pengalamannya sebagai orang yang hidup dengan HIV. Sebagian besar
dari Pendukung Sebaya merupakan orang yang hidup dengan HIV itu sebabnya dapat
menjadi contoh nyata bagi orang yang hidup dengan HIV lainnya.
(Ditulis oleh Annisa Noor Fadilah, anggota Sekolah Damai Indonesia - Bandung. Kegiatan diskusi mingguan ini merupakan bagian dari Divergents Project, singkatan dari Diversity in Gender and Sexuality. Divergents Project disusun oleh Sekolah Damai Indonesia - Bandung, dan didukung oleh United Network of Young Peacebuilders [UNOY], Asian Youth Peace Network, dan Youthink.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.