Bandung- Kelas rutinan yang
diselenggarakan oleh Sekolah Damai Indonesia (SEKODI) setiap hari Sabtu, pada
minggu ini 24 Juni 2023, didampingi pemateri dari Reporter Bandung Bergerak,
Emi La Pau. Kegiatan ini bertemakan “Apa Inklusif dari perspektif media dan
nilai dasa Sila Bandung”. Berawal dari menjelajahi Museum Konferensi Asia Afrika
(KAA) dan mempelajari sejarah KAA, kemudian dilanjutkan dengan diskusi di halaman
Masjid Raya Bandung.
Kurangnya inklusi yang ada
di Kota Bandung, membuat kelompok masyarakat yang dianggap minoritas merasa terdiskriminasi karena kurangnya
hak yang didengar. Dari hasil penelitian yang ditemukan oleh Konde.co,
narasumber utama yang digunakan media berasal dari pihak kepolisian untuk
memberitakan kasus kriminalitas seperti yang terkait dengan komunitas “LGBT”.
Namun, hanya sedikit media yang mewawancarai korban atau tim advokasi dari
komunitas “LGBT”. Kebanyakan media hanya mewawancarai orang di luar ruang
lingkup tersebut dan tidak terjun langsung kepada korban. Padahal, kelompok minoritas
tersebut juga memiliki hak untuk didengar suaranya. Pada kejadian yang terjadi
di lapangan, mereka ini kurang didengar.
Hasil penelitian dari Konde.co
juga melihat bahwa masih banyak diksi dan sudut pandang yang digunakan
berkonotasi negatif yang dilakukan oleh media seperti diksi "segolongan sama", "ada belok-beloknya" untuk menggambarkan komunitas gay.
Sebaiknya, media bersifat
objektif dan tidak bermaksud untuk memojokkan komunitas tertentu yang mengakibatkan
diskriminasi terhadap komunitas tertentu. Dari pihak penulis dan editornya pun
sebaiknya lebih meneliti lagi diksi yang digunakan untuk berita yang akan
diterbitkan.
Ruang kebebasan untuk berekspresi
semakin sempit. Angela Lenes, aktivis transpuan dari Gaya Warna Lentera
Indonesia mencontohkan kejadian yang menimpa kelompok transpuan seperti
pembakaran transpuan yang hidup di Cilincing dan juga prank yang dilakukan
Ferdian kepada kaum transpuan dengan niat memberi dus mie yang isinya batu dan
sampah.
Mengutip voaindonesia.com, seorang
akitivis perempuan dan LGBTQ, Lini menyebutkan “Mereka dikeluarkan dari
sekolah, kampus, tempat kerja, bahkan dari rumah sendiri. Karena pelanggengan
sigam-stigma, karena keberadaan mereka tidak diakui. Hal ini pun menyebabkan
sebagian kaum transgender mencari nafkah di jalanan.
Sebagian besar media hanya
mengangkat isu yang sedang viral saja, atau hiburan gosip semata. Media
hendaknya perlu mengolah lagi dampak dari berita yang diberikan kepada
masyarakat. Dari pihak media pun bukan hanya mengejar viewers saja, tetapi
perlu mempertimbangkan kualitas dari tulisan tersebut. Seperti berita Sahnaz
Sahdiqah dan Virgoun yang sedang viral karena selingkuh lebih banyak diangkat
daripada berita yang lebih banyak mengandung unsur moralnya.
Diharapkan Kota Bandung semakin
inklusif dengan adanya toleransi. Toleransi bukan hanya di dalam ruang lingkup
agama, toleransi juga memberikan hak hidup kepada semua orang dengan
selayaknya. Karena pada hakikatnya, setiap manusia berhak mendapatkan hak untuk
hidup yang sama tanpa adanya halangan apapun dan juga berhak menyuarakan hak
dan pendapatnya. Masih banyak tugas besar yang harusvdikerjakan untuk membuat
Bandung lebih inklusif.
#wefriends #friendswithoutprejudice #inklusi #media #sekodibandung