Setelah mengikuti kegiatan Sekolah Damai Indonesia selama 9
bulan lebih lamanya, saya meluangkan waktu bagi diri saya merefleksikan
partisipasi saya selama di Sekolah Damai Indonesia. Kegiatan yang menyenangkan,
lokal, informatif, dan penuh tilikan adalah ciri khas yang dimiliki oleh
Sekolah Damai Indonesia Bandung.
Saya datang dengan sebuah pertanyaan mengenai “apakah saya
layak untuk mendapatkan kekerasan?” Mengingat pengalaman kekerasan yang menetap
dalam kenangan saya dan cukup mengganggu produktivitas saya. Proses itu dilalui
dengan pertanyaan mengenai perdamaian, menjangkau orang-orang dari berbagai
latar belakang, terlibat dalam kegiatan bersama orang yang bermacam-macam,
hingga baru saja terjadi kemarin mempertanyakan mengenai makna keadilan itu
seperti apa.
Proses yang saya lalui di Sekodi Bandung melibatkan refleksi
yang melibatkan pengalaman personal dengan masalah yang muncul di lingkungan
sekitar. Pertanyaan dan pemahaman yang sudah terproses selama beberapa bulan
memberikan pemahaman baru bagi saya terhadap peristiwa kekerasan dan pejuangan
perdamaian yang ternyata pernah saya lakukan di beberapa kesempatan dalam hidup
saya.
Pemahaman soal peristiwa dulu yang kini sudah terbaca baik
mendorong saya pada pertanyaan berikutnya, yaitu “apa yang akan saya lakukan
berikutnya setelah saya beres dengan diri saya sendiri?” Jawaban untuk itu
adalah mulai melangkah pada sesuatu yang lebih besar, kegiatan dan lingkungan.
Proses pemulihan personal yang saya lalui telah mengantar saya untuk kembali
produktif dan mudah bagi saya kini untuk terlibat atau mengerjakan
kegiatan-kegiatan dengan mudah dan bergembira. Kemudian bersama lingkungan,
mendorong diri saya untuk memulai proyek di lingkungan sekitar saya dengan cara
saya sendiri.
Pada saat ini, saya sedang dalam pelatihan intensif Tari
Somatik bersama Alexia Buono dari Bufallo, Amerika Serikat. Dari beliau saya
mempelajari Restorative Justice of Body, yaitu perbaikan yang kooperatif atas
kerugian yang disebabkan oleh perilaku kriminal yang dapat menyebabkan
transformasi diri, relasional, dan komunal. Proses itu berorientasi pada
keadilan dan terlibat dalam praktik koreografi penyelidikan, dialog, dan
kreativitas multimodal. Pelatihan ini berlangsung hingga akhir Mei 2020. Selain
itu, saya akan mengikuti Liberated Body Intensive Study yang diberikan oleh
Monika Volkmar untuk saya bisa mempelajari dan memaknai kebebasan dalam gerak.
Latihan-latihan yang saya lalui dari Embodied Peace Training
dari Paul Linden, Restorative Justice of Body dari Alexia Buono, dan pelatihan
Liberated Body dari Monika Volkmar akan menjadi landasan saya untuk proyek
Sekolah Damai Indonesia berikutnya pada tahun 2021. Saya akan berkolaborasi
dengan berbagai komunitas untuk menciptakan pembangunan perdamaian melalui seni
pertunjukan. Dukungan dari teman-teman Sekolah Damai Indonesia sangat bermakna
bagi saya.
Di situasi COVID-19 saat ini, tak banyak yang bisa saya
lakukan selain secara aktif mengikuti pembelajaran dan kegiatan di Sekolah
Damai Indonesia. Momen ini tepat digunakan bagi saya untuk belajar, berlatih,
dan merefleksikan peristiwa dalam hidup saya.
(Rhaka Katresna)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.