Selasa, 05 Februari 2019

Belajar Toleransi dan Menerima Perbedaan? Mudah loh..

Cek deh https://beritabaik.id/read?editorialSlug=indonesia-baik&slug=1535507182309-belajar-toleransi-bersama-sekolah-damai-indonesia Eh, teman. Nanya nih. Teman pasti sudah sering ketemu banyak orang. Pasti sudah kemana-mana pula mainnya. Kiri kanan depan belakang pasti lihat banyak orang. Gimana rasanya lihat mereka yang berbeda? Apa kamu punya standar yang baik di mata kamu tapi belum tentu orang lain bisa sepakat? Gimana rasanya kalau kamu sendiri banyak ditolak banyak orang hanya kamu beda dengan mereka? Cuek? Atau baper juga nih alias bawa perasaan? Beda itu sudah alami. Sudah ada dari sananya, lha kita sama bagian keluarga saja beda toh. Pelan-pelan kamu pasti bisa kok menerima perbedaan antar sesama dengan bahagia. Menyadari bahwa kamu bukanlah yang *paling* diantara yang lain. Dari situ bisa terbangun loh rasa respek dan toleransi. Ngerti sih kalau kamu mungkin gak sepakat dengan bagian kebiasaan orang lain yang sifatnya adat istiadat, agama, atau pilihan politik. Atau kalau aku, kadang suka juga bingung kok banyak orang doyan bubur yang diaduk, misalnya. Tapi, bisa kan kita menahan rasa ketidaksukaan itu minimal dengan nyadar kalau orang-orang punya pilihan beda. Ataukah justru teman malah pengen mereka seragam dengan keinginan teman sendiri? Aih, dari respek dan toleransi teman bisa loh bergabung dengan teman-teman berbeda dari segi apa pun dengan santai dalam satu kegiatan. Asyik, malah lebih akrab lagi sehingga perlahan kita bisa tinggalin cara-cara lama kita yang memandang rendah atau curiga orang dari kelompok lain. Perjumpaan itu penting. Ngobrol itu juga jauh lebih penting sehingga akhirnya teman bisa bersama-sama terlibat dalam banyak hal dengan santai, lepas tanpa narasi *agama kamu apa?* misalnya. Makanya, gimana kalau tengok kami sesekali di BandungSchool of Peace Indonesia atau sekolah damai indonesia Bandung?

Senin, 04 Februari 2019

Membaca Kritis Tentang Penghayat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa




Sabtu, 2 Februari 2019, pukul 12 siang bertempat di Taman Balaikota Bandung, Kami dari BSOP atau Sekolah Damai Indonesia Bandung melaksanakan kegiatan siklus ke 3 dari rangkaian Membaca Kritis-Menulis Kritis-Visits dan Live In hingga April 2019 nanti. Kami mengundang  Teh Rela Susanti dan Kang Asep sebagai narasumber mengenai penghayat kepercayaan kepada Tuhan yang Maha Esa. Mereka berasal dari kelompok penghayat Budidaya, menjelaskan banyak hal yang berkaitan dengan kepercayaan mereka. Sesi dimulai dengan setiap peserta membaca teks yang sudah disiapkan narasumber, lalu saling bertanya mengenai apa yang ada dalam benak peserta setelah membaca. Sesi ini dimoderasi oleh Ary Maulana, penggiat muda BSOP/Sekodi Bandung.
Menarik untuk menyimak pertanyaan yang terkait dengan kepercayaan tersebut, seperti apakah Tuhannya, bagaimana cara ibadahnya, bagaimana dengan konsep kepercayaan apakah sama dengan agama-agama biasa, relasi sosial, bahkan hingga perkawinan antar kepercayaan yang berbeda. Hal yang paling krusial adalah bagaimana pemerintah daerah dan kota mengakomodasi kepentingan teman-teman penghayat kepercayaan dalam masalah teknis administrasi kependudukan, mulai dari identitas, surat kematian hingga proses pemakaman, dan pendidikan. 
Bagi kami, ini merupakan hal positif untuk meretas mandegnya literasi dengan mendatangkan narasumber terkait serta tulisan yang relevan. 

Selamat berkembang dan salam damai

Tentang Kami, SEKODI Bandung atau BSOP Indonesia

BSOP Indonesia, Bandung School of Peace atau Sekolah Damai Indonesia Bandung adalah salah satu ruang alternatif yang digagas oleh Lioni Beatrix Tobing, alumnus School of Peace dan Fanny S Alam, penggiat komunitas Bhinneka Nusantara, yang hingga saat ini masih menyelenggarakan kelas-kelas diskusi untuk teman-teman muda dari berbagai lintas latar belakang. 

Bandung School of Peace atau Sekolah Damai Indonesia Bandung merupakan ruang alternatif mingguan setiap hari Sabtu (jam dan tempat dapat berubah) bagi teman-teman muda berbagai lintas dan publik Bandung. Ruang ini merupakan tempat perjumpaan, dialog, dan kunjungan kepada kelompok-kelompok rentan di Bandung. Semuanya merupakan upaya untuk bergerak dari toleransi, menerima perbedaan, sama-sama terlibat, dan mengarah kepada transformasi sosial di masa datang. Selain tujuan di atas, Sekodi Bandung merupakan media untuk menjembatani proses media literasi bagi teman-teman muda, sekaligus menumbuhkan pemikiran kritis sebebasnya tanpa perlu khawatir dicap macam-macam. Pada akhirnya kami berfungsi sebagai "alternative safe space", alternatif ruang aman, terutama bagi teman-teman yang berasal dari kelompok marginal secara sosial. Target peserta kami adalah kelompok muda dengan rentang usia 17 hingga 35 tahun. Walau demikian, kadang-kadang dalam pertemuan terdapat teman-teman yang rentang usianya lebih dari 35 tahun tapi datang memang dengan niat positif. Dan kami terbuka untuk itu. Karena, Sekolah Damai Indonesia Bandung hadir untuk semua