Rabu, 06 Juli 2022

Rumpi di Museum (Gossip at Museum)






Our visit this Saturday was different. 

Don't you see those gossiping things always come out when gathering with your friends or colleagues? Sometimes, it could be fun and attach us to a better friendship. But, sometimes it goes wrong and even ruins a friendship too and leads to hatred.

But? It won't occur with our School of Peace that always comes for the youth with peace and other social issues to gossip about. We still gossip, but that Saturday we did so about history. Yes, the history that emerged from our lovely city, Bandung, that was successfully creating an important landmark for peace and conflict resolution. History will always remember that Indonesia had just celebrated its independence with the risk of haunting colonialism since 1945. At the same time, many Asian African countries were still under colonialism as well, encouraging a lot of parties in the world to think of eradicating it while developing peace for the countries. It is believed that people all around the world are equal and deserve just as well as fair treatment and respect as a part of human rights. 

Conflicts that lead to wars always cause various drawbacks and end with the superiority of the country that starts them. Meanwhile, human rights degradation usually occurs. With a series of concerns, Indonesia took a lead in 1955 to invite Asian African countries to the Asian African Conference that was conducted in Bandung. 

And, that Saturday was our walk and gossip accompanied by the Museum educator in the Asian African Conference Museum, to figure out the history behind the conference and to remember that the meeting was a milestone for reaching peace on behalf of human rights principles and equity for all. 

By Fanny Syariful Alam


Selasa, 05 Juli 2022







Morning Walk In Circle of Peace


2 July 2022, Saturday morning. At 9 am we started our thing. 

It was absolutely an expected thing when gathering with our youth friends. They come from various religious backgrounds. Who are they?

Some come from the Mormon Church, including their elders from the USA and Semarang. Some of the others come from Hindus, Christian churches, and students of Islamic University plus Trust Building program members, and a transmen representative. 

What is behind this? 

The fantastic collaboration between us, Bandung School of Peace Indonesia (SEKODI Bandung), and the Trust Building Program (TBP) from Initiatives of Changes Indonesia, supported by Metrum, a streaming radio network for community as our media partner,  really made this gathering out. Both of us have the same mission in terms of cultivating peace for the youth through the development of understanding, empathy, and tolerance. Therefore, we can promote the eradication of suspicions among all with different cultural and social backgrounds. 

We started by walking around Taman Lansia, a public park with lots of trees and fresh air around. After some walking sessions, all of us started our stories by telling what interested and upset us. It was our great reflection due to our diverse story to practice our capacity to listen and to speak out what came to our minds without feeling fear. This is believed to intensify our empathic and tolerant minds to see our diversity. After that, we continued the session of Friends of Life by playing cards that created an exercise to share our stories, objections, and debate without offending one to another. 

In the end, we think that our diversity and difference will not interrupt our friendship. In fact, this relationship could be one of the role models for us in promoting peace amongst people with different backgrounds with no exceptions. 

By Fanny Syariful Alam
 

Selasa, 21 Juni 2022

Youphoria, a Series of Online Classes for Youth Democratic Resilience in Indonesia




When talking about democracy, usually people think of general elections to vote legislative or even their president and his/her vice. Democracy is always associated with elections and their processes since they are more visible and routinely conducted, involving even up to million people to work on them. 

As known previously, democracy originates from two Greek words, those are demos and kratos. Both mean 'people' and 'government. In another word, democracy is defined as a government by the people. In addition, democracy shows the complete engagement from people to people in the purpose to create a fair and justice government. Due to their full participation, people expect they could share their insights or criticisms towards their governments in order to encourage them to conduct better governance addressing people's wealth and better life. This system enables them to monitor the running government carefully as well to prevent fraudulent events and any other deviations against their good governance. 

In a wider sense, democracy refers to the elaboration of people's voices in expressing what comes to their minds about everyday phenomena. Particularly, when seeing youth as a bridge to shape their maturity in their life. Most of them are known with sufficient education levels and knowledge despite their lack of capability to voice themselves and their needs. Youth are renowned for their spirit and bravery to voice marginalized groups, so they act on the front guards to represent them. We cannot ignore their participation in various movements to accomplish peace and justice as well as equality. It is a process to enhance as well as amplify democracy as well.

To embrace the youth with democratic resilience in addition to understanding the marginalized groups of religions, gender and sexual orientations, politics, and others, our community ran a series of online classes, namely Youphoria, from December 2021 to 19 February, 2022. This program was conducted as a part of project awards for Australia Awards for Indonesia 2020 Short Term Award with the theme "Democratic Resillience: Youth Participation in Indonesia". In the post-course of the award, this program was awarded "Outstanding Community Education Initiative". 

Surely, our work will not stop here. Moreover, it will continue to outreach more youth with their concern to improve their democratic capacity for a better circumstance in this country. 

By Fanny Syariful Alam
Regional Coordinator of Bandung School of Peace Indonesia (SEKODI Bandung)
An Awardee of Australia Awards for Indonesia 2020 Short Term Awards of Democratic Resilience : Youth Participation in Indonesia















 

Sabtu, 12 Desember 2020

Hak Keadilan Reproduksi untuk Cegah Kekerasan Seksual

Apa yang sebetulnya bisa ditarik sebagai bagian kesimpulan dari pertemuan ini kemarin?


Ber sepuluh dan itu pun sudah intens pembicaraannya karena kami semua membongkar awalnya 12 hak seksualitas dan keadilan reproduksi yang disusun sebagai konsensus dari IPPF yang masih relevan dalam pemberdayaan hak keadilan reproduksi bagi laki dan perempuan dari semua usia dan golongan

Tidak bisa disangkal bahwa konstruksi identitas gender, budaya, tatanan nilai agama memberikan kontribusi terhadap penetapan standar tentang hak keadilan reproduksi itu sendiri. Banyaknya tabu dalam hal keseharian dalam menyebut nama organ reproduksi saja menjadi tantangan tersendiri bagi banyak pihak, terutama keluarga

Teh Asih⁩ memberikan satu paradigma berpikir mengenai dampak dari konstruksi tadi yang berimbas pada banyak hal yang tampak dinormalisasi sebagai hal yang biasa dilakukan. Seperti, anggota keluarga yang lebih dewasa memegang bagian tubuh tertentu sorang anak atau bagian keluarga yang lebih muda lalu dikatakan sebagai ungkapan kasih sayang, padahal belum tentu yang bersangkutan nyaman dengan hal itu

Lalu, ada cerita dari Arfi⁩ yang menggarisbawahi maskulinitas toksik dalam kasus sekelompok anak laki yang bermain tendang tendangan ke arah selangkangan dan itu memperlihatkan bukti kejantanan mereka

Clara⁩ juga kemarin berbagi cerita mengenai satu kejadian yang disamarkan dengan kata-kata bahasa yang menimbulkan ketidaktahuan bahkan kebingungan bagi target orang yang dijadikan sasaran kekerasan/pelecehan seksual

Bagaimana setiap perlakuan tersebut akan diingat oleh tubuh (teh Asih⁩) sebagai proses traumatik yang penyembuhannya tidak akan cepat atau relatif karena melihat kondisi para penyintas di dalamnya

Reduksi tatanan budaya oleh dominasi nilai agama memberikan kontribusi terhadap kelanggengan bentuk bentuk pelecehan dan kekerasan seksual. Adanya reduksi informasi mengenai budaya tradisi di indonesia yang justru kaya dengan hal yang berhubungan dengan seksualitas akhirnya ditabukan secara perlahan dan menjadi nilai terbarukan yang menyebabkan masyarakat tidak menjadi paham akan kondisi tubuh sendiri yang seharusnya independen dan reduksi informasi ini bisa menyebabkan dampak yang meluas hingga pencarian informasi yang dianggap tidak kredibel pada akhirnya.

Cerita belum berakhir sampai di sana. Satu teman dari Semarang yang turut gabung dalam acara kemarin menggambarkan perlakuan terhadapnya dalam kacamata pelecehan seksual dan bagaimana proses penuntasannya menjadi seorang penyintas menemukan banyak tantangan

Sistem dukungan menyeluruh dan terintegrasi dari orang orang terdekat, masyarakat, institusi kredibel bahkan aparat hukum akan mempermudah mengeliminir pelecehan dan kekerasan seksual, sekaligus menegaskan pentingnya kita semua memaknai hak keadilan reproduksi sebagai hal yang manusiawi dan biasa

Terima kasih Arfi atas⁩ bantuannya lalu teh Asih⁩ untuk paparannya.
(Ditulis oleh Fanny S Alam, Koordinator Sekolah Damai Indonesia Bandung)

Kamis, 26 November 2020

ARV dan Pandemi

Sekolah Damai Indonesia,

Sabtu 24 Oktober 2020

 

ARV dan Pandemi

      Pandemi Covid-19 berdampak pada pengobatan orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Virus corona menyulitkan ribuan pasien HIV/AIDS untuk mendapatkan obat antiretroviral (ARV).

      Obat antiretroviral harus diminum setiap hari untuk menekan laju virus dalam tubuh dan menjaga daya tahan tubuh orang yang terinfeksi HIV/AIDS. Menurut Kang Adit selaku narasumber dalam diskusi mengenai ARV dan Pandemi menyatakan bahwa Jawa barat merupakan wilayah nomor 3 kasus HIV+ terbanyak di Indonesia dan Kota Bandung merupakan peringkat nomor 1 kasus terbanyak HIV di Jawa Barat.

       Mengkonsumsi dan terapi ARV secara teratur dan tepat waktu harus dilaksanakan oleh ODHA hal tersebut akan berfungsi untuk menekan replikasi virus HIV dalam darah sampai level tidak terdeteksi, target ODHIV dalam terapi ARV adalah mencapai level tidak terdeteksi, ada istilah U=U: Undetectable = Untransmittable, maksud dari tidak terdeteksi yakni virus yang ada dalam tubuh tidak bisa berkembang biak dan tidak menularkan secara seksual, sehingga ODHA dengan terapi ARV bisa memiliki keturunan. Selama menjalani terapi tersebut ODHA mempunyai harapan hidup yang sama dengan orang tanpa HIV dan dapat menekan menularan HIV+ kepada orang lain.

       Ketersediaan ARV selama pandemi Covid-19 sempat mengalami kekosongan dan kesulitan bagi ODHA untuk mendapatkan akses mengkonsumsi ARV, yang menjadi penyebab terhambatnya ARV di Indonesia karena kebanyakan ARV merupakan impor dari India yang saat itu sempat lockdown. Bahkan ada beberapa layanan yang memberikan ARV tidak full satu bulan, jadi di ecer ada yang per 14 hari, 7 hari, dan sempet ada layanan yang hanya bisa memberikan per 3 hari ARV jenis tertentu.

“Sejauh ini Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung telah tersedia untuk dua ribu pasien aktif. Kondisi selama pandemi, kami memang agak kekurangan stok untuk jumlah ODHIV, apa lagi pada saat PSBB di kota Bandung banyak pasien yang kesulitan mengakses ARV di RSHS, selama PSBB kami mencoba mengirimkan ARV melalui kurir karena keterbatasan akses ke Kota Bandung, selama pandemi ini di Kota Bandung mendapat bantuan dari Elton John Foundation (EJAF) yang memberikan subsidi pengambilan ARV bagi ODHIV yang terdampak COVID-19, yang masih berjalan program bantuan subsidi EJAF - untuk Akses ARV di 3 Rumah sakit yakni RSHS, BUNGSU, dan RSUD Kota Bandung. Ada pula bantuan PAP smear di Klinik Mawar. Untuk daerah lain bantuan dari Global Fund untuk pemeriksaan Viral Load gratis untuk ODHIV baru minum ARV 6 Bulan, 12 bulan, dan pasien lama 1 tahun terakhir”. Pungkas Kang Adit dalam diskusi kami.

 

Biografi Narasumber

Dian Aditya atau sering disapa Kang Adit, adalah seorang Pendukung Sebaya dari LSM Female Plus (sejak Januari 2020) wilayah kerja Klinik Teratai RSUP Dr Hasan Sadikin Bandung. Sekilas Tentang Pendukung Sebaya adalah seseorang yang dapat memberikan infomasi secara benar, sederhana dan jelas serta dapat memberikan dukungan psikososial berdasarkan pengalamannya sebagai orang yang hidup dengan HIV. Sebagian besar dari Pendukung Sebaya merupakan orang yang hidup dengan HIV itu sebabnya dapat menjadi contoh nyata bagi orang yang hidup dengan HIV lainnya.


(Ditulis oleh Annisa Noor Fadilah, anggota Sekolah Damai Indonesia - Bandung. Kegiatan diskusi mingguan ini merupakan bagian dari Divergents Project, singkatan dari Diversity in Gender and Sexuality. Divergents Project disusun oleh Sekolah Damai Indonesia - Bandung, dan didukung oleh United Network of Young Peacebuilders [UNOY], Asian Youth Peace Network, dan Youthink.)

Rabu, 25 November 2020














 Tulisan Diksi Paisal, Praktisi Kesehatan dan Anggota Sekodi Bandung Batch III (dibagi setelah permohonan ijin ke penulis yang bersangkutan)

Merantau itu Kaya Cerita

Diksi Paisal, STr. Kes

Praktisi Kesehatan, ATLM Nusantara Sehat Team Based XV & Penggiat Sekolah Damai Indonesia Bandung

 


Akhir-akhir ini banyak orang diluaran sanah memilih untuk bekerja, tinggal atau bahkan menetap diluar daerahnya. Hal ini mendorong saya juga untuk melakukan hal yang sama dengan orang lain yaitu untuk memilih tinggal disuatu daerah, diluar daerah yang selama ini saya hidup. Kata merantau mungkin sudah tidak asing lagi disetiap orang, karena pada dadasarnya merantau itu suatu pilihan hidup, ketika seseorang untuk memilih untuk tinggal disuatu daerah yang bukan daerah asalnya itu lumrah adanya. Kesempatan merantau menjadikan cerita sesorang yang nantinya banyak pengalaman dan kenangan yang dapat diangkat pada setiap perjalanan hidupnya. Tujuan orang untuk merantau beda-beda, salah satu diantaranya ingin mendapatkan pengamalan baru dalam hidupnya, yang mungkin ketika merantau orang tersebut mendapatkan banyak ilmu, pengalaman, kebahagian, mendapatkan pekerjaan baru, mengenal adat istiadat masyarakat daerah ditempatnya, keindahan alam serta pariwisata ditempat perantauan, kontribusi, pengabdian untuk membantu memajukan daerah tersebut dan tidak menutup kemungkinan ketika merantau mendapat jodoh yang nantinya menjadi pendamping hidupnya.

Penempatan di Kupang Nusa Tenggara Timur

Pertama kali mendengar Provinsi Nusa Tenggara Timur difikiran saya adalah terbayang  keindahan pulau nya yang banyak dihiasi pantai yang memiliki degradasi warna yang cantik ketika dipandang, pariwisata alam yang menghiasi kekayaan abadi didalamnya, adat istiadat yang masih kental juga mengiasi di setiap pulau Nusa Tenggara Timur, keramahan masyarakat serta banyaknya kain-kain tenun khas dari berbagai suku yang menjadikan aset warisan dari turun temurun. Rasanya saya sangat antusias ketika mendapatkan penempatan disini dan ditunjuk oleh Tim Program Nusantara Sehat Kementerian Kesehatan, kala itu sudah tidak ada petimbangan lagi sehingga saya siap untuk ditempatkan di Puskesmas Akle Provinsi Nusa Tenggara Timur tepatnya di Pulau Semau Selatan Kab. Kupang.

Awal perjalanan hidup merantau dipulau orang saya alami baru pertama kali, rasanya campur aduk, suka cita karena banyak hal-hal pengalaman yang saya gali disinih  dan duka juga saya rasakan karena saya meninggalkan sementara keluarga, sahabat dan kegiatan-kegiatan sosial didaerah tempat tinggal saya yaitu di Kota Bandung. Terlepas dari semua itu,tentunya saya harus memiliki tujuan awal ketika saya ada diada diperantauan yaitu saya dapat membantu pelayanan kesehatan didaerah terpencil, perbatasan dan daerah tetinggal sesuai dengan tugas dan kompetesi saya sebagai Ahli Teknologi Laboratorium Medik (ATLM).

Aktivitas di Perantauan

Banyak sekali aktivitas yang dapat dilakukan pada saat kita merantau. Dai berbagai kegiatan dapat kita lakukan, kegiatan-kegiatan yang selama diperantauan saya lakukan setiap hariya, dari mulai melakukan kegiatan pekerjaan secara basic profesi saya di Puskesmas Akle yaitu melakukan pemeriksaan cholesterol, asam urat, gula darah, hemoglobin, urine rutin, BTA dan pemeriksaan penunjang lain yang ada dilaboratorium, selain itu juga saya terjun langsung ke masyarakat dengan melakukan pendekatan, penyuluhan, serta sharing tentang kesehatan dan lainnya.

Diluar dari kegiatan secara basic profesi saya, banyak juga kegiatan yang saya lakukan disinih. Saya mulai explore tentang potensi alam wisata dan keindahan pantai-pantai disekitar tempat tinggal saya. Potensi pantai di Pulau Semau ini banyak menyimpan keindahannya, dari mulai pasir putih, gradasi warna pantai yang cantik serta pemandangan yang luar biasa indah, beberapa diantaranya saya berkesempatan mengunjunginya yaitu Pantai Liman, Pantai Hlaen Ana Naikean, Pantai Otan, Pantai Uinian dan sederet pantai-pantai lainnya, selain pantai yang banyak tersimpan keindahannya, keramahan warga di Pulau Semau ini membuat saya semakin betah dan nyaman tinggal disinih, saya belajar sedikit-dikit bahasa helong sesuai dengan suku helong yang tinggal disinih, mengenal adat istiadat serta keindahan kain tenun yang dipakai oleh warga pada setiap kegiatan-kegiatan adat, pernikahan, syukuran dan lainnya. Saya berkesampatan memakai kain adat khas pulau semau suku helong yang motifnya sangat apik, halus dan bagus ketika digunakan. Toleransi antar umat beragama tentunya juga saya rasakan ketika saya diperantauan, meskipun saya muslim dan disinih mayoritas beragama non muslim yaitu Katolik & Kristen protestan tidak menjadikan jarak diantara kita, kami disinih selalu berpegang teguh rasa toleransi yang kuat antar umat beragama.

Jangan Takut Merantau

Merantau bukan untuk ditakuti, tapi harus dijalani dan disyukuri. Percayalah ketika niat kita untuk merantau itu untuk kebaikan dan kebermanfaatan pastinya banyak jalan kelancaran dan kemudahan yang dapat kita rasakan selama diperantauan. Cerita di perantauan tentunya banyak hal yang menjadikan modal bekal untuk kehidupan kita, 
suka maupun duka, senang maupun hampa dapat kita rasakan ketika kita sedang berada dimanapun termasuk diperantauan. Lakukan hal-hal yang positif sehingga dapat membuat kita bersemangat ketika sedang ada diperantauan. Banyak orang yang ingin berkesempatan merantau dan mungkin masih belum terlaksanakan karena satu dan lainnya, maka dari itu ketika kita dibukakan jalan untuk merantau, maka merantaulah. Banyak cerita dan pengalaman untuk kehidupan kita nantinya, ini menjadikan modal awal untuk pencapaian kesuksesan.

“Salam hangat dari orang rantau, mari berjuang sama-sama didaerah perantauan “


Tulisan-tulisan Hadi Yonathan, anggota Sekodi Bandung Batch III. Silakan disimak jika berkenan

(diambil dari blog yang bersangkutan dengan permohonan ijin sebelumnya)


PENTINGNYA MEMAHAMI DIRI

😉Aku Adalah Aku😉
 
Orang terkadang ingin mengerti tentang diri orang lain tetapi dirinya sendiri tidak dimengertinya, inilah salah satu problem dalam diri setiap individu muda, yang dengan hastrat ingin terlihat tak ketinggalan zaman sampai lupa dirinya siapa, bagaimana dan seperti apa...
 Sob, selalu ingat, sebelum kita memahami diri orang disekitar kita, terlebih dahulu fahami dan kenalilah dirimu sendiri, maka apabila kita telah memahami diri pribadi, tabir penghalang mata kalbu pun akan terbuka sehingga hati kita mudah untuk memahami rasa, keadaan, perasaan kepada orang lain, baik orang dekat maupun orang yang memang hanya sepintah melewat didalam kehidupan kita.
 
Saya tahu, memahami diri sendiri itu bukanlah suatu hal yang mudah, tetapi apabila kita mau bertafakur diri, mengkaji jiwa kita, God Willing, semuanya akan terbuka dan akan kamu temui siapa diri kamu yang sesungguhnya...

Dan apabila seorang insan telah mengetahui siapa dirinya, maka akan timbul rasa malu dan rendah hati, karena akan ditemuinya wadah-wadah kesalahan dan kekurangan diri, namun dibalik itu semua manfaatnya kita bisa menjaga diri kita dari segala hal-perkara yang sungguh tidak cocok bagi diri kita.
 
Orang yang mengenal dirinya sendiri akan bisa merasakan dengan hati terlebih dahulu sebelum bertindak dengan jasmaninya, karena hati adalah pusat rasa jiwa, sedangkan tubuh hanya rasa raba saja.

Orang yang tahu jati dirinya seperti apa dan bagaimana dirinya yang sesungguhnya akan tahu dan paham bagaimana seharusnya dia berpenampilan dan berbicara, dengan bertindak sesuai dengan keadaan dirinya dan seadanya (real) tanpa mau mengikuti gaya dan image orang lain (dalam arti hal-hal yang kurang bergunanya).
 
Aku mengajak kamu sob, ayo kita berkenalan sama diri kita, dan aku nyaranin kamu jangan terlalu banyak (lama) berkaca dihadapan cermin kaca karena itu akan membuatmu sibuk merias diri dan malahan bisa membuatmu iri hati kepada orang lain yang menurutmu lebih (cantik/tampan) daripadamu, tetapi berkacalah dihadapan cermin hidup dan kebaikan, agar diri dan jiwa kita bisa mengikuti jalur hidup yang sesuai dengan hak-dan norma kemanusiaan.

(sumber: https://damaimudaku.blogspot.com/2020/08/pentingnya-memahami-diri.html)

FILOSOFI TERAS/FILSAFAT STOICISM

Halo Sahabat Web ku terkasih, puji Tuhan saya memiliki kesempatan ditengah kesibukan pribadi untuk menulis artikel di laman blogger Damai Mudaku yang diadmini oleh saya, so, akhir-akhir ini saya suka sekali belajar dasar ilmu Filsafat, dan saya banyak mengenal beberapa aliran dari ilmu filsafat tersebut, salah satunya aliran filsafat Stoicism/Stoik, yang dikenal di Indonesia dengan nama Filosofi Teras sesuai dengar arti kata Stoa [Greek:Στοά] yang dapat diartikan Beranda.

 


Madzhab Filsafat Stoik ini adalah salah satu aliran filsafat kuno yang lahir di awal abad ke-3 Sebelum Masehi, di kota Atena oleh seorang filsuf bernama Zeno orang Citium, beberapa menuliskan bahwa Filosofi Stoik ini resmi terbentuk pada abad ke 108 Sebelum Masehi.

Pada masanya aliran ini banyak sekali diikuti dikarenakan tidak bertentangan dengan norma-norma agama dan manusia, juga amat mudah difahami oleh orang awam, terlebih orang-orang yang menderita [kemiskinan] banyak mengikuti aliran ini yang bertujuan memperoleh kebahagiaan sejati ditengah jeratan kehidupan.

Setelah Bapa Zeno orang Citium mendirikan aliran filsafat Stoa ini, kedepannya mulai bermunculan filsuf-filsuf lainnya yang meneruskan aliran filosofi Stiokisem ini, yakni; Chrissipus dari Soli, Cleanthes dari Assos, SEneca MUda, Cicero, Epictetus, dan Marcus Aurelius. Kamus Filsafat Terbitan Cambridge membagi para filsuf-filsuf ini menjadi tida bagian;

Pertama angkatan Stoa awal terdiri dari Zeno orang Citium (334-262SM), Chrisipus (280-206), dan Cleanthes (331-232).

Kedua angkatan Stoa tengah yang terdiri dari Panaetius (185-110 SM) dan Posidonius (135-50 SM) dari Rhodes, yang mempengaruhi Cicero (106 SM -43 M).

Dan Ketiga angkatan Stoa akhir  atau Stoa Romawi, yakni
icero (106 SM -43 M), Seneca Muda (1-65M), Epictetus (55-135M), dan Marcus Aurelius (121-180M)

Jujur saya sangat suka dengan filosofi ini, karena bisa dianut oleh semua kalangan baik kalangan konglomerat, menengah bahkan bawah sekalipun, dimana filosofi ini mencoba menggapai kebahagiaan walaupun kita dalam keadaan susah tanpa memikirkan rasa susah tersebut.

Filosofi ini juga lebih menekankan moralitas manusia, yang mengajarkan agar kita selaku penganut Stoa menemima "narimakeun" apa yang ada, dan apa yang sudah mutlak tidak bisa dirubah gak udah dipaksakan untuk diiubah karena itulah salah satu penyebab manusia bersedih hati, filosofi teras ini menuntut kita untuk hidup sesuai hukum alam sebab dan akibat, dimana kita menghindari rasa takut akan segala hal dan menumbuhkan rasa cinta kasih dan persaudaraan sesama manusia.

Contoh apabila kita dihina orang seorang stoa tidak boleh menghina balik justru lebih baik diam saja dan gak usah dipedulikan, karena sudah hukum alam bahwa sifat manusia memang demikian, tetapi sifat seperti itu bukanlah sifat yang baik bagi seorang stoa.

Seorang stoa dituntut untuk tidak menginginkan hal-hal yang diluar kemampuannya, karena dengan keinginan yang luhur melebihi batas kemampuan pribadi dapat mempengaruhi keadaan hati sehingga apabila sudah diusahakan namun tidak berhasil malah akan membuat diri bersedih dan tidak berbahagia, stoikisem lebih menekankan kerendahan hati, menerima apa yang ada, menghilangkan fikiran-fikiran negatif dan jangan mudah terpengaruh dengan hal-hal diluar batas dirinya, selalu berfikir baik dan menghibur diri dengan kebaikan.

Para stoik meyakini bahwa Yang Mutlak memberikan nalar kepada manusia dan hewan , dimana dengan nalar manusia bisa manata kehidupan didunia, so jadi manusia ini salah satu makhluk yang penting dalam tatanan ciptaan Yang Mutlak, untuk mengatur dan mengolah segala ciptaan-Nya ini, yang berarti apabila manusia merusak tatanan alam yang ada berarti itu sama artinya mengancam kelangsungan hidupnya sendiri, dapat dfahami pula bahwa eksistensi manusia ini berkaitan eratnya dengan eksistensi lain disekitarnya.

Seorang sophis yang bijak yang diliputi ide-idenya itu harus hidup sesuai dengan idenya tersebut, para stoik dituntut untuk tidak berangan-angan dengan ide-ide yang tinggi tanpa mencoba mewujudkan ide-idenya tersebut, karena dengan demikian dapat mempengaruhi kebahagiaan diri, menyiksa batin dengan ketidak puasan karena tiada wujudnya hal yang tak dikehendaki.

Seorang Stoik juga jangan merasakan takut akan adanya kematian, hantu, kejahatan, peristiwa-peristiwa buruk yang mengganggu kebahagiaan, karena itu sudah menjadi hukum alam, bukan berarti seorang stoik melepaskan kepercayaan kepada hal-hal tersebut, tetapi mencoba meluruskan nalar kita agar tidak dikendalikan oleh emosi dan nafsu yang muncul karena hal-hal itu, dan dengan meluruskan nalar kita ini dapat mengendalikan perilaku diri dalam menghadapi segala hal tersebut.

Hidup stoik juga tidak lupa selalu melibatkan Tuhan/Sang Theos dalam kehidupan sehari-hari, sebab hidup kita ini merupakan tatanan dan ketetapan Sang Mutlak, dimana manusia juga diberikan-Nya kuasa untuk bertindak sesuai kebaikan-Nya.

 Mungkin sekian dari tulisan saya tentang Aliran Filsafat Stoicism ini, kedepannya bakal kita kupas lebih dalam lagui tentang aliran filsafat paling populer ini. Ini sekedar dasarnya saja, dan saya still have to read about it supaya bisa lebih faham dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

So, moga manfaat.

Makasih

Salam Damai!

(sumber: https://damaimudaku.blogspot.com/2020/10/mengenal-filosofi-teras-filosofi.html)